
Sering kali terlintas dalam pikiran tentang pernikahan dan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan rumah tangga. Hmm.., membayangkan-nya saja sudah terasa ngeri dan menakutkan. Betapa hidup akan terasa sangat kompleks dan dipenuhi beragam penyesuaian. Terbayang akan ada seseorang yang memasuki kehidupan dan merubah banyak hal.
Wow, tak terasa telah begitu banyak yang ku pikirkan hanya untuk hal-hal yang belum dijalani. Sepertinya memang ku ditakdirkan untuk menjadi biksu, hehehe.. Hidup menyendiri dan tak pernah ingin menikah sebelum merasa yakin. Aku bukanlah orang yang akan menikah jika dirasa ‘sudah waktunya menikah’. Orang seperti-ku hanya akan menikah jika sudah siap dengan berbagai pertimbangan. Untuk pilihan pun tak harus cantik atau orang berada. Fakta-nya, dua hal itu membuatku tidak tertarik sama sekali. Yang kuinginkan adalah seseorang yang fokus pada pendidikan atau apapun yang dijalani tanpa terlalu memikirkan untuk menikah. Orang seperti itu hanya akan fokus pada kegiatannya dan yakin jika jodoh pasti akan datang dengan sendirinya. Tipe seperti ini adalah tipe yang sangat tepat untuk mendampingi keseharian.
Pacaran, Ah, itu adalah sesuatu hal yang sangat malas jika harus kulakukan. Mungkin karena ku sudah bosan pacaran (padahal pacaran juga cuma beberapa kali :-p ). Mending waktu dipakai untuk bekerja atau membantu orang tua. Toh akan lebih menyenangkan langsung menikah daripada pacaran.
Untuk beberapa orang, pernikahan bisa menjadi sebuah hal yang sangat rumit dan merepotkan. Ini dikarenakan mereka terlalu ingin menikah tanpa memiliki beragam pertimbangan. Hal yang lebih umum misalnya seseorang mengharapkan suami atau istri idaman tapi tak pernah tahu cara untuk meraihnya. Mereka hanya beraktivitas seperti biasa dan berdo’a untuk segera menikah. Inilah hal yang salah. Bukankah Tuhan telah bersabda jika sesuatu hal tak akan berubah jika tidak ada usaha untuk merubahnya. Beberapa orang tentu akan bilang bahwa berdo’a adalah usaha yang tepat. Itu salah besar. Do’a hanya efektif jika dilakukan sebelum dan sesudah melakukan ikhtiar.
Contoh sederhananya adalah seorang siswa ingin bisa mendapatkan nilai tinggi dalam ujian dan dia hanya berdo’a saja. Well, cara itu tentu akan sangat efektif :-p untuk orang-orang yang menggantungkan harapan atau yang sering disebut para sufi sebagai, ‘orang-orang pemalas’. Cara yang tepat seharusnya adalah belajar sebaik mungkin dengan usaha yang luar biasa.
Begitu juga dengan pernikahan. Cara paling tepat untuk meraihnya adalah dengan membuat orang lain tertarik dan mau diajak menikah 😀 bila dipinang. Cara ini mengharuskan setiap individu untuk merubah berbagai hal seperti:
- Cara berpakaian.
- Cara berpikir.
- Kebiasaan dalam keseharian.
- perubahan Tingkah Laku.
Intinya, ubahlah hal yang ada pada diri kita menjadi lebih baik. Idealnya, jika kepribadian kita menjadi lebih baik, tentu akan menemukan pasangan hidup dengan lebih cepat. Ini yang tak begitu disadari oleh mereka. Parahnya, Jika seseorang tidak memiliki kebaikan yang bisa dinilai, hal ini akan sangat mempengaruhi kehidupannya. Merubah karunia tuhan yang diberikan pada setiap insan untuk menjadi lebih baik adalah kunci dari segala hal, tak hanya kesuksesan. yang terpenting, selalu cari tahu bagaimana meraih apa yang diinginkan.